4/27/15

Pelajaran Kehidupan : Jangan Pernah Melupakan Asal Muasal Kita

Minggu (26/4/2015) kemarin mumpung nggak ada agenda pergi kemana-mana, papi ku bongkar-bongkar file lama buat diberesin dibantuin sama mami. Ditengah-tengah bebongkar barang, mereka nemuin foto yang udah lumayan lama. Foto yang diambil tanggal 23 Desember 2006. Foto waktu papi menerima gelar profesor atau pengukuhan guru besar kalo dalam bahasa akademik nya. 

Papi seneng banget ngliat lembaran-lembaran foto nya waktu pengukuhan guru besar. Apalagi kalau ngeliat foto almarhumah Mbah Putri alias ibu nya papi. Saking senengnya, foto itu difoto lagi pake kamera handphone biar bisa kesimpen di handphone nya. Dan saya pun ikutan menjepret ulang itu foto pake kamera iphone lalu dimasukin ke akun instagram saya.

Mbah Putri dari Papi dalam balutan kebaya kutu baru coklat tua
Kalau bisanya ada istilah throwback thursday, nah kali ini bisa diistilahkan jadi throwback sunday kali ya. Jadi inget sepenggal pidato pengukuhan nya papi waktu itu. Di hari pengukuhan itu, papi dengan bangga cerita didepan audiens kalo kedua orang tua nya bekerja sebagai petani yang buta huruf, namun meski buta huruf mereka berkomitmen supaya anak-anak nya ada yang mengenyam pendidikan tinggi. Dan bukti nya papi ku adalah satu-satunya yang mengenyam pendidikan paling tinggi, yaitu sampai level S3. Sodara papi yang lainnya jadi guru sekolah atau jadi petani. Meski udah bergelar profesor, papi juga nggak segan-segan cerita kalo  masa kecil nya juga dihabisin di sawah setelah selesai jam sekolah. 
My Parents with My Father's Mom

Dan kalau biasanya orang masukin foto yang bisa bikin mereka keliatan bagus di instagram, kemarin saya masukin foto ini di akun instagram saya. Secara implisit sih, saya cuman pengen orang melihat, kalau papi saya berasal dari keluarga petani sederhana. Saking sederhana nya, bahkan Mbah Putri saya saja tidak terbiasa pakai alas kaki. Meski demikian, papi tetap pengen Mbah Putri ada di hari pengukuhan guru besar nya. Dan perjalanan papi bisa sampai apa yang dicapai sekarang ini bukanlah hal yang mudah. 

Justru dari kedua orang tua yang sederhana inilah, kehidupan keluarga kami tercipta. Karena merekalah, kami bisa ada di dunia ini. Dan karena mereka lah, papi bisa mendapatkan kesempatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, yaitu mewakili institusi nya untuk menandatangani kerja sama dengan beberapa universitas di Eropa.

Jangan karena mereka berpenampilan sederhana, kita menolak kehadiran nya saat kita sudah berhasil. Karena keberhasilan yang kita raih merupakan jawaban dari setiap doa yang mereka panjatkan setiap malam. Karena semua yang kita raih sekarang ini adalah buah dari setiap tetes keringat yang mereka hasilkan dari jerih payah mereka.

Solo, 27 April 2015
Novita Haryono

No comments:

Post a Comment